Rabu, 30 Maret 2011

ENERGI PELUKAN

Suatu hari di gua Hira,
Muhammad SAW tengah
ber ’uzlah, beribadah kepada
Rabbnya. Telah sekian
hari ia lalui dalam rintihan, dalam
doa, dalam puja dan
harap pada Dia Yang
Menciptanya. Tiba-tiba
muncullah sesosok
makhluk dalam ujud sesosok
laki-laki. “Iqra!” katanya.
Muhammad SAW menjawab,
“ Aku tidak dapat membaca!”
Lakilaki
itu merengkuh Muhammad ke
dalam pelukannya, kemudian
mengulang kembali perintah
“ Iqra!” Muhammad memberikan
jawaban yang sama dan
peristiwa serupa pun terulang
hingga
tiga kali. Setelah itu, Muhammad
dapat membaca kata-kata yang
diajarkan lelaki itu. Di kemudian
hari, kata-kata itu menjadi
wahyu pertama yang yang
diturunkan Allah kepada
Muhammad
melalui Jibril, sang makhluk
bersosok laki-laki yang menemui
Muhammad di gua Hira.
Sepulang dari gua Hira,
Muhammad mencari Khadijah
isterinya
dan berkata, “Selimuti aku,
selimuti aku!”. Ia gemetar
ketakutan,
dan saat itu, yang paling
diinginkannya hanya satu,
kehangatan,
ketenangan dan kepercayaan
dari orang yang dicintainya.
Belahan jiwanya. Isterinya. Maka
Khadijah pun menyelimutinya,
memeluknya dan
mendengarkan curahan hatinya.
Kemudian
ia menenangkannya dan
meyakinkannya bahwa apa
yang
dialami Muhammad bukanlah
sesuatu yang menakutkan,
namun amanah yang akan
sanggup ia jalankan.
Dalam sebuah pelatihan
manajemen kepribadian. Para
instruktur yang juga para
psikolog tengah mengajarkan
berbagai terapi penyembuhan
permasalahan kejiwaan. Dari
semua terapi yang diberikan,
selalu diakhiri dengan pelukan,
baik antar sesama peserta
maupun oleh instrukturnya.
Namun
demikian, mereka
mempersilakan peserta yang
tidak bersedia
melakukan pelukan dengan
lawan jenis untuk memilih
partner
pelukannya dengan yang
sejenis. Yang penting tetap
berupa
terapi pelukan. Menurut mereka,
pelukan adalah sebuah terapi
paling mujarab hampir dari
semua penyakit kejiwaan dan
emosi.
Pelukan akan memberikan
perasaan nyaman dan aman
bagi
pelakunya.
Pelukan akan menyalurkan
energi ketenangan dan
kedamaian
dari yang memeluk kepada yang
dipeluk. Pelukan akan
mengendorkan urat syaraf yang
tegang. Hal ini juga dibenarkan
dari hasil penelitian bahwa, kita
butuh empat kali pelukan per
hari untuk bertahan hidup,
delapan supaya tetap sehat, dan
dua
belas kali untuk pertumbuhan.
Jika ingin terus tumbuh, kita
butuh dua belas pelukan per
hari. Pelukan berkhasiat
menyehatkan tubuh. Pelukan
merangsang kekebalan tubuh
kita.
Pelukan membuat kita merasa
istimewa. Pelukan memanjakan
sifat kekanak-kanakan yang ada
dalam diri kita. Pelukan
membuat kita lebih merasa
akrab dengan keluarga dan
teman-teman.
Riset membuktikan bahwa
pelukan dapat menyembuhkan
masalah fisik dan emosional
yang dihadapi manusia di
zaman
serba stainless steel dan wireless
ini. Bukan hanya itu saja, para
ahli mengemukakan bahwa
pelukan bisa membuat kita
panjang
umur, melindungi dari penyakit,
mengatasi stress dan depresi,
mempererat hubungan keluarga
dan membantu tidur nyenyak.
(The Aladdin Factor, Jack Canfield
& Mark Victor Hansen. ”)
Helen Colton, penulis buku The
Joy of Touching juga
menemukan bahwa ketika
seseorang disentuh, hemoglobin
dalam darah meningkat hingga
suplai oksigen ke jantung dan
otak lebih lancar, badan menjadi
lebih sehat dan mempercepat
proses penyembuhan. Maka
bisa dikatakan bahwa pelukan
bisa
menyembuhkan penyakit “hati”
dan merangsang hasrat hidup
seseorang. Berdasarkan hasil
penelitian yang dikeluarkan oleh
jurnal Psychosomatic Medicine,
pelukan hangat dapat
melepaskan oxytocin, hormon
yang berhubungan dengan
perasaan cinta dan kedamaian.
Hormon tersebut akan menekan
hormon penyebab stres yang
awalnya mendekam di tubuh.
Hasil hasil penelitian tersebut,
memberikan keterangan ilmiah
atas kecenderungan dalam diri
setiap manusia untuk
mendapatkan ketenangan dan
kehangatan melalui pelukan.
Penelitan tersebut memberikan
fakta ilmiah atas besarnya
energi yang dapat disalurkan
melalui pelukan.
***
Sayangnya, banyak dari kita
dibesarkan dalam rumah yang
di
dalamnya pelukan adalah
sesuatu yang tidak lazim, dan
kita
mungkin merasa tidak nyaman
minta dipeluk dan memeluk.
Kita mungkin pernah digoda
sebagai “si anak manja” jika
sering
memeluk atau dipeluk Ayah, Ibu
atau saudara kandung kita. Dan
jadilah kita atau remaja-remaja
kita saat ini, tumbuh dengan
kekurangan energi pelukan.
Bisa jadi, kekurangan energi
pelukan ini adalah termasuk
salah
satu faktor yang menyebabkan
maraknya kasus ketidakstabilan
emosi manusia seperti yang
terjadi belakangan ini: tingginya
angka kriminalitas dan narkoba
pada golongan anak dan remaja,
kesurupan di berbagai sekolah
dan sebagainya.
Dan bisa jadi, sesungguhnya
solusi untuk mengurangi
berbagai
permasalahan itu sebenarnya
sederhana saja: Pemberian
pelukan kasih sayang yang
banyak kepada anak-anak dari
orang
tuanya. Bukankah Rasulullah
sangat gemar memeluk isteri,
anak,
cucu, dan bahkan anak-anak
kecil di lingkungannya dengan
pelukan kasih sayang? Bahkan
pernah ada satu kisah ketika
Rasulullah mencium dan
memeluk cucunya, seorang
sahabat
menyatakan bahwa hingga ia
punya 10 orang anak, tak satu
pun
yang pernah ia curahi dengan
peluk cium.
Rasulullah saat itu berkomentar,
“ Sungguh orang yang tidak mau
menyayang (sesamanya), maka
dia tidak akan
disayang. ” (riwayat
Al-Bukhari)
***
So mulai sekarang, jangan ragu
untuk memeluk ataupun minta
dipeluk. Apa yang kita perlukan
saat kita marah, sedih ataupun
kecewa adalah sebuah pelukan,
pelukan sayang dari suami,
orang tua atau orang yang kita
kasihi.Pelukan itu dapat
menenangkan, membuat kita
merasa nyaman dan disayang.
Begitu juga setelah adanya
perang mulut atau berantem
antara
suami istri? Saling memeluklah.
Karenan pelukan itu akan
menurunkan emosi dan
menenangkan hati. Pelukan itu
akan
merekatkan kembali ikatan cinta
antara suami istri setelah luka
dan kecewa yang sempat
tertoreh. Pelukan itu, akan
membuat
kehidupan rumah tangga
menjadi makin mesra.
Segala sedih, segala marah,
segala kecewa, dan segala beban
hilang oleh kehangatan pelukan.
Selanjutnya jadikanlah pelukan
sebagai suatu kebiasaan dalam
menjalani hari-hari. Hal pertama
yang saya inginkan ketika tiba di
rumah sepulang dari kantor
atau dari bepergian adalah
memeluk istri. Memeluknya erat-
erat.
Itu saja. Tak Lebih. Hal pertama
yang saya inginkan ketika
saya bangun dari tidur adalah
memeluk dan dipeluk istri saya.
Memeluknya kuat-kuat. Itu saja.
Bukan yang lainnya.
Jika kami bangun pada jeda
waktu yang tak sama, maka
‘ utang’
kebiasaan itu dilakukan setelah
shalat lail atau shalat subuh. Jika
kami tidur di kamar yang
berbeda, biasanya jelang subuh
atau
habis shubuh, salah satu dari
kami akan menyusul yang
lainnya.
Hanya untuk satu hal saja:
memeluk dan dipeluk.
Saat malam menjelang tidur,
kami terbiasa tiduran dan saling
memeluk, berlama-lama sambil
berbincang tentang aktifitas
kami seharian. Ada kata-kata
yang minimal tiga kali sehari
saya
ucapkan kepada istri saya, “I
Love U” dan “Minta peluk!”
Rasanya ada yang kurang jika
kekurangan pelukan dalam
sehari.
Pelukan memberiku rasa aman
dan nyaman. Pelukan, saya
rasakan memberikan
kehangatan yang tak tergantikan
oleh
apapun. Berani mencoba?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar