Selasa, 19 April 2011

ADA TETESAN SETELAH TETESAN TERAKHIR

Pasar malam dibuka di sebuah
kota. Penduduk menyambutnya
dengan gembira. Berbagai
macam permainan, stand
makanan dan pertunjukan
diadakan. Salah satu yang paling
istimewa adalah atraksi manusia
kuat.
Begitu banyak orang setiap
malam menyaksikan unjuk
kekuatan otot manusia kuat ini.
Manusia kuat ini mampu
melengkungkan baja tebal hanya
dengan tangan telanjang.
Tinjunya dapat menghancurkan
batu bata tebal hingga
berkeping-keping.
Ia mengalahkan semua pria di
kota itu dalam lomba panco.
Namun setiap kali menutup
pertunjukkannya ia hanya
memeras sebuah jeruk dengan
genggamannya. Ia memeras
jeruk tersebut hingga ke tetes
terakhir.
'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang
para penonton: "Hadiah yang
besar kami sediakan kepada
barang siapa yang bisa
memeras hingga keluar satu
tetes saja air jeruk dari buah
jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki,
seorang yang atletis, ke atas
panggung. Tangannya kekar. Ia
memeras dan memeras... dan
menekan sisa jeruk... tapi tak
setetespun air jeruk keluar.
Sepertinya seluruh isi jeruk itu
sudah terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat lainnya turut
mencoba, tapi tak ada yang
berhasil. Manusia kuat itu
tersenyum-senyum sambil
berkata : "Aku berikan satu
kesempatan terakhir, siapa yang
mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah
baya mengacungkan tangan dan
meminta agar ia boleh
mencoba. "Tentu saja boleh
nyonya. Mari naik ke
panggung." Walau dibayangi
kegelian di hatinya, manusia kuat
itu membimbing wanita itu naik
ke atas pentas. Beberapa orang
tergelak-gelak mengolok-olok
wanita itu. Pria kuat lainnya saja
gagal meneteskan setetes air dari
potongan jeruk itu apalagi ibu
kurus tua ini. Itulah yang ada di
pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk
dan menggenggamnya.
Semakin banyak penonton yang
menertawakannya. Lalu wanita
itu mencoba memegang sisa
jeruk itu dengan penuh
konsentrasi. Ia memegang
sebelah pinggirnya,
mengarahkan ampas jeruk ke
arah tengah, demikian terus ia
ulangi dengan sisi jeruk yang
lain. Ia terus menekan serta
memijit jeruk itu, hingga
akhirnya memeras... dan "ting!"
setetes air jeruk muncul terperas
dan jatuh di atas meja
panggung.
Penonton terdiam terperangah.
Lalu cemoohan segera berubah
menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk
wanita kurus itu, katanya,
"Nyonya, aku sudah melakukan
pertunjukkan semacam ini
ratusan kali. Dan, banyak orang
pernah mencobanya agar bisa
membawa pulang hadiah uang
yang aku tawarkan, tapi mereka
semua gagal. Hanya Anda satu-
satunya yang berhasil
memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda
bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku
adalah seorang janda yang
ditinggal mati suamiku. Aku
harus bekerja keras untuk
mencari nafkah bagi hidup
kelima anakku.
Jika engkau memiliki tanggungan
beban seperti itu, engkau akan
mengetahui bahwa selalu ada
tetesan air walau itu di padang
gurun sekalipun. Engkau juga
akan
mengetahui jalan untuk
menemukan tetesan itu. Jika
hanya memeras setetes air jeruk
dari ampas yang engkau buat,
bukanlah hal yang sulit bagiku.
Selalu ada tetesan setelah tetesan
terakhir. Aku telah ratusan kali
mengalami jalan buntu untuk
semua masalah serta kebutuhan
yang keluargaku perlukan.
Namun hingga saat ini aku selalu
menerima tetes berkat untuk
hidup keluargaku. Aku percaya
Tuhanku hidup dan aku percaya
tetesan berkat-Nya tidak pernah
kering, walau mata jasmaniku
melihat semuanya telah kering.
Aku punya alasan untuk
menerima jalan keluar dari
masalahku. Saat aku mencari,
aku menerimanya karena ada
pribadi yang mengasihiku. ”
Bila Anda memiliki alasan yang
cukup kuat, Anda akan
menemukan jalannya, demikian
kata seorang bijak. Seringkali kita
tak kuat melakukan sesuatu
karena tak memiliki alasan yang
cukup kuat untuk menerima hal
tersebut.

TETAPLAH SETIA

Mungkin kisah yang terjadi di
kota Amman, Jordania,
tergolong langka, unik sekaligus
mengundang geli. Seorang pria
Jordania yang bernama Bakr
Melhem merasa kesepian karena
hidup terpisah dengan istrinya
yang berada di luar kota. Pria ini
iseng-iseng “berselingkuh”
dengan wanita lain dalam dunia
maya melalui chatroom (ruang
ngobrol) di internet. Setelah tiga
bulan saling chatting, mereka
benar-benar merasa cocok dan
saling jatuh cinta. Bahkan
sepasang kekasih di dunia maya
ini berniat menikah. Mereka
lantas membuat janji untuk
bertemu di sebuah tempat.
Namun saat mereka berdua
bertemu, mereka terkejut dan
terkesima. Bukannya apa-apa,
tapi ternyata “wanita
selingkuhan” di internet ini
adalah istrinya sendiri. Kontan
saja mereka berdua saling
menuduh bahwa ia pasangan
yang tidak setia. Rencana
perkawinanpun batal dan
sebaliknya mereka berdua
sepakat untuk cerai karena satu
sama lain tidak setia!
Kesetiaan memang menjadi
barang langka bagi peradaban
dunia modern ini. Begitu
mudahnya seorang suami
berselingkuh dengan wanita lain,
sementara itu si istri juga tidak
mau kalah dan segera mencari
pria idaman lain (PIL). Ujung-
ujungnya pun sudah bisa
ditebak, mereka memutuskan
untuk cerai. Yang menyedihkan,
hal yang seperti ini tidak hanya
terjadi di kalangan orang yang
tidak kenal Tuhan, sebaliknya
banyak orang Kristen juga
bercerai karena tidak ada lagi
kesetiaan.
Semua ketidaksetiaan ini
biasanya dipicu oleh pendapat
umum yang berkata bahwa
rumput tetangga memang selalu
terlihat lebih hijau dibandingkan
dengan rumput di halaman kita
sendiri. Terjebak dengan
pandangan yang seperti ini
membuat satu sama lain
mengorbankan kesetiaan demi
mendapatkan sesuatu yang lebih
“ hijau”, padahal kenyataannya
tidak seperti itu.
Perbedaan pendapat memang
kerap kali terjadi dan
kekurangan-kekurangan
pasangan kita memang akan
semakin terlihat, tetapi itu bukan
berarti melegalkan ketidaksetiaan
kita. Justru di saat kita melihat
ada kekurangan dan kelemahan
di sana sini, tugas kitalah untuk
menutup dan menjadi
pelengkap baginya. Andaikata
setiap orang punya pandangan
seperti ini, tentu ketidaksetiaan
dan perselingkuhan bisa ditekan
sampai titik nol!
Tidak ada yang melegalkan
ketidaksetiaan, termasuk
kekurangan dan kelemahan
pasangan kita

Senin, 18 April 2011

TERUSLAH MENGETUK

Ketika Kolonel Harland Sanders
pensiun pada usia 65, ia tidak
memiliki uang banyak untuk
dirinya sendiri, kecuali mobil van
tua, sebuah pensiun bulanan
senile $ 105, dan resep masakan
daging ayam.
Mengetahui bahwa ia tidak bisa
hidup layak di usia pensiun
dengan penghasilan segitu, ia
mengambil resep ayam di
tangan, duduk di belakang
kemudi dari mobil van-nya, dan
berangkat untuk membuat
kekayaannya. Rencana
pertamanya adalah untuk
menjual resep ayam untuk
pemilik restoran, yang pada
gilirannya akan memberinya sisa
untuk setiap potong ayam
mereka jual - 5 sen per ayam.
Kunjungan Restoran pertama
yang ia tawari menolaknya.
Begitu pula yang kedua.
Begitu pula yang ketiga.
Bahkan, sampai yang ke 1008 .
kunjungan Colonel Sanders
berakhir dengan penolakan.
Namun, ia terus melakukan
penawaran ke pemilik rumah
makan. Saat ia melakukan
perjalanan melintasi Amerika
Serikat, ia tidur di mobil untuk
menghemat uang. Baru pada
penawaran ke 1009
memberinya jawaban pertama
"ya."
Setelah berjalan dua tahun , telah
tercatat penjualan total di lima
restoran. Kolonel masih terus
berjuang, ia tahu bahwa ia
mempunyai resep besar ayam
goreng dan bahwa suatu hari
nanti ide itu akan sukses.
Tentu saja, Anda tahu
bagaimana akhir cerita. Gagasan
tersebut sukses. Pada 1963,
Kolonel memiliki 600 restoran di
seluruh negeri yang menjual
resep rahasia Kentucky Fried
Chicken (dengan 11 bumbu dan
rempah-rempah).
Pada tahun 1964 royalti
resepnya dibeli oleh gubernur
Kentucky John Brown. Meskipun
penjualan resep ayam goring
membuatnya multi-jutawan, ia
telap melanjutkan untuk
mewakili dan mempromosikan
KFC sampai kematiannya pada
tahun 1990.
Kisah Colonel Sanders
mengajarkan pelajaran penting:
yaitu tidak pernah terlalu
terlambat untuk memutuskan
dan tidak pernah menyerah.
Sebelumnya dalam hidupnya
Kolonel terlibat dalam usaha-
usaha bisnis lainnya - tapi
semua gagal. Dia pernah punya
usaha pompa bensin di usia30-
an, sebuah usaha restoran di
usia 40-an, dan dia gagal pada
kedua usahanya. Namun Pada
usia 65 tahun, Harland Sanders
memutuskan resep ayamnya
yang merupakan ide yang
gemilang, dan ia menolak untuk
menyerah, bahkan dalam
penolakan berulang-ulang.
Dia tahu bahwa jika ia terus
mengetuk pintu, akhirnya
seseorang akan berkata "ya." Ini
adalah bagaimana Tuhan telah
memerintahkan dalam
kehidupan. Dia berkata,
"Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu
akan mendapat; ketoklah, maka
pintu akan dibukakan bagimu." ,
"Mintalah - tidak hanya sekali,
tetapi sebanyak-banyaknya.
Teruslah mengetok mengetuk
sampai pintu dibuka."
Jika Anda saat ini bekerja dengan
setengah hati dalam
menjalankan Takdir Tuhan
dalam hidup Anda ...dan jika
Anda memiliki sifat terlalu
mudah menyerah di masa
lalu ...
ingat:
Tidak pernah terlalu terlambat
untuk gigih berjuang. Tidak
pernah terlalu terlambat
memutuskan jangan pernah
menyerah. Terus mengetuk.
Terus bertanya. Teruslah
mencari.

YA TUHANKU, KENAPA ENGKAU TIDAK MENOLONGKU?

Ada seorang laki - laki yang
tinggal di dekat sebuah
sungai. Bulan - bulan musim
penghujan sudah
dimulai.
Hampir tidak ada hari tanpa
hujan baik hujan rintik-rintik
maupun hujan lebat.
Pada suatu hari terjadi bencana
di daerah tersebut. Karena hujan
turun deras agak
berkepanjangan, permukaan
sungai semakin
lama semakin naik, dan akhirnya
terjadilah banjir.
Saat itu banjir sudah sampai
ketinggian lutut orang dewasa.
Daerah tersebut pelan-pelan
mulai terisolir. Orang - orang
sudah
banyak yang mulai mengungsi
dari daerah tersebut, takut kalau
permukaan air semakin tinggi.
Lain dengan orang-orang yang
sudah mulai ribut mengungsi,
lelaki tersebut tampak tenang
tinggal di rumah. Akhirnya
datanglah truk penyelamat
berhenti di depan rumah lelaki
tersebut.
“Pak, cepat masuk ikut truk ini,
nggak lama lagi banjir semakin
tinggi ”, teriak salah satu regu
penolong ke lelaki tersebut.
Si lelaki menjawab: “Tidak,
terima kasih, anda terus saja
menolong yang lain. Saya pasti
akan diselamatkan Tuhan. Saya
ini kan sangat rajin berdoa. ”
Setelah beberapa kali membujuk
tidak berhasil, akhirnya truk
tersebut melanjutkan perjalanan
untuk menolong yang lain.
Permukaan air semakin tinggi.
Ketinggian mulai mencapai 1.5
meter. Lelaki tersebut masih di
rumah, duduk di atas almari.
Datanglah regu penolong
dengan membawa perahu karet
dan
berhenti di depan rumah lelaki
tersebut.
“ Pak, cepat kesini, naik perahu
ini. Keadaan semakin tidak
terkendali. Kemungkinan air akan
semakin meninggi.
Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata:
“ Terima kasih, tidak usah
menolong saya, saya orang
yang beriman, saya yakin Tuhan
akan
selamatkan saya dari keadaan
ini.
Perahu dan regu penolongpun
pergi tanpa dapat membawa
lelaki tersebut.
Perkiraan banjir semakin besar
ternyata menjadi kenyatan.
Ketinggian air sudah sedemikian
tinggi sehingga air sudah
hampir menenggelamkan
rumah-rumah disitu. Lelaki itu
nampak di atas wuwungan
rumahnya sambil terus berdoa.
Datanglah sebuah helikopter dan
regu penolong. Regu
penolong melihat ada seorang
laki-laki duduk di wuwungan
rumahnya. Mereka melempar
tangga tali dari pesawat. Dari
atas
terdengar suara dari
megaphone: “ Pak, cepat pegang
tali itu
dan naiklah kesini. “, tetapi lagi-
lagi laki-laki tersebut menjawab
dengan berteriak: “Terima kasih,
tapi anda tidak usah menolong
saya. Saya orang yang beriman
dan rajin berdoa. Tuhan pasti
akan menyelamatkan saya ”.
Ketinggian banjir semakin lama
semakin naik, dan akhirnya
seluruh rumah di daerah
tersebut sudah terendam
seluruhnya.
Bagaimana nasib lelaki tersebut?
Lelaki tersebut akhirnya mati
tenggelam.
Di akhirat dia dihadapkan pada
Tuhan. Lelaki ini kemudian mulai
berbicara bernada protes: “Ya
Tuhan, aku selalu berdoa
padamu,
selalu ingat padamu, tapi kenapa
aku tidak engkau selamatkan
dari banjir itu ?”
Tuhan menjawab dengan
singkat: “Aku selalu mendengar
doa-doamu,
untuk itulah aku telah
mengirimkan truk, kemudian
perahu dan terakhir pesawat
helikopter. Tetapi kenapa kamu
tidak ikut salah satupun?
...............
Sebuah cerita menarik. Demikian
juga dalam kehidupan kita,
kita bekerja dan selalu
melakukan doa kepada Allah
s.w.t. Dan
Allah sudah sering mengirimkan
“ truk”, “perahu”, dan “pesawat”
kepada kita, tapi kita tidak
menyadarinya.

Minggu, 17 April 2011

TOKO SUAMI

Sebuah toko yang menjual
suami baru saja dibuka di
kota New York dimana wanita
dapat memilih suami.
Diantara instruksi-instruksi yang
ada di pintu masuk
terdapat instruksi yang
menunjukkan bagaimana aturan
main
untuk masuk toko tersebut.
“ Kamu hanya dapat
mengunjungi
toko ini SATU KALI” Toko
tersebut terdiri dari 6 lantai
dimana
setiap lantai akan menunjukkan
sebuah calon kelompok suami.
Semakin tinggi lantainya,
semakin tinggi pula nilai lelaki
tersebut. Bagaimanapun, ini
adalah semacam jebakan. Kamu
dapat memilih lelaki di lantai
tertentu atau lebih memilih ke
lantai berikutnya tetapi dengan
syarat tidak bisa turun ke lantai
sebelumnya kecuali untuk keluar
dari toko... Lalu, seorang wanita
pun pergi ke toko “suami”
tersebut untuk mencari suami..
Di lantai 1 terdapat tulisan seperti
ini : Lantai 1: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan dan taat
pada Tuhan
Wanita itu tersenyum, kemudian
dia naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 2 terdapat tulisan seperti
ini: Lantai 2: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan, taat pada
Tuhan, dan senang anak kecil
Kembali wanita itu naik ke lantai
selanjutnya.
Di lantai 3 terdapat tulisan seperti
ini : Lantai 3: Lelaki di lantai
ini memiliki pekerjaan, taat pada
Tuhan, senang anak kecil dan
cakep banget.
“ Wow”, tetapi pikirannya masih
penasaran dan terus naik.
Lalu sampailah wanita itu di
lantai 4 dan terdapat tulisan
Lantai 4 : Lelaki di lantai ini yang
memiliki pekerjaan, taat pada
Tuhan, senang anak kecil, cakep
banget dan suka membantu
pekerjaan rumah.
“ Ya ampun !” Dia berseru, “Aku
hampir tak percaya”
Dan dia tetap melanjutkan ke
lantai 5 dan terdapat tulisan
seperti ini:
Lantai 5 : Lelaki di lantai ini
memiliki pekerjaan, taat pada
Tuhan,
senang anak kecil, cakep banget,
suka membantu pekerjaan
rumah, dan memiliki rasa
romantis.
Dia tergoda untuk berhenti tapi
kemudian dia melangkah
kembali ke lantai 6 dan terdapat
tulisan seperti ini:
Lantai 6 : Anda adalah
pengunjung yang ke 4.363.012.
Tidak
ada lelaki di lantai ini. Lantai ini
hanya semata-mata bukti untuk
wanita yang tidak pernah puas.
Terima kasih telah berbelanja di
toko “Suami”. Hati-hati ketika
keluar toko dan semoga hari
yang indah buat anda.

3 PERTANYAAN

Ada seorang pemuda yang
mencari seorang guru
agama, pemuka agama atau
siapapun yang bisa
menjawab tiga pertanyaannya.
Akhirnya sang
pemuda itu menemukan
seorang bijaksana.
Pemuda (P) : Anda siapa?
Bisakah menjawab pertanyaan-
pertanyaan
saya?
Bijaksana (B) : Saya hamba Allah
dan dengan izin-Nya saya akan
menjawab pertanyaan anda.
P : Anda yakin? Sedang profesor
dan banyak orang pintar saja
tidak mampu menjawab
pertanyaan saya.
B : Saya akan mencoba sejauh
kemampuan saya.
P : Saya punya tiga buah
pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada,
tunjukkan wujud Tuhan kepada
saya.
2. Apakah yang dinamakan
takdir?
3. Kalau setan diciptakan dari api
kenapa dimasukkan ke neraka
yang terbuat dari api, tentu tidak
menyakitkan buat setan,
sebab mereka memiliki unsur
yang sama. Apakah Tuhan tidak
pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba sang orang bijaksana
tersebut menampar pipi si
pemuda dengan keras.
P (sambil menahan sakit) :
Kenapa anda marah kepada
saya?
B : Saya tidak marah …
Tamparan itu adalah jawaban
saya atas
tiga buah pertanyaan yang Anda
ajukan.
P : Saya sungguh-sungguh tidak
mengerti.
B : Bagaimana rasanya tamparan
saya?
P : Tentu saja saya merasa sakit.
B : Jadi anda percaya bahwa
sakit itu ada?
P : Ya.
B : Tunjukkan pada saya wujud
sakit itu!
P : Saya tidak bisa.
B : Itulah jawaban pertanyaan
pertama. Kita semua merasakan
keberadaan Tuhan tanpa
mampu melihat wujudNya
B : Apakah tadi malam Anda
bermimpi akan ditampar oleh
saya?
P : Tidak.
B : Apakah pernah terpikir oleh
Anda akan menerima sebuah
tamparan dari saya hari ini?
P : Tidak.
B : Itulah yang dinamakan
Takdir.
B : Terbuat dari apa tangan yang
saya gunakan untuk menampar
anda?
P : Kulit.
B : Terbuat dari apa pipi anda?
P : Kulit.
B : Bagaimana rasanya tamparan
saya?
P : Sakit
B : Walaupun setan dan neraka
sama terbuat dari api, neraka
tetap menjadi tempat
menyakitkan untuk setan.

DIMANAKAH KITA MENEMUKAN KEBAHAGIAAN?

Konon pada suatu waktu, Tuhan
memanggil tiga
malaikatnya.
Sambil memperlihatkan sesuatu
Tuhan berkata, “Ini
namanya Kebahagiaan. Ini
sangat bernilai sekali. Ini dicari
dan
diperlukan oleh manusia.
Simpanlah di suatu tempat
supaya
manusia sendiri yang
menemukannya. Jangan
ditempat yang
terlalu mudah sebab nanti
kebahagiaan ini disia-siakan.
Tetapi
jangan pula di tempat yang
terlalu susah sehingga tidak bisa
ditemukan oleh manusia. Dan
yang penting, letakkan
kebahagiaan itu di tempat yang
bersih ”.
Setelah mendapat perintah
tersebut, turunlah ketiga malaikat
itu langsung ke bumi untuk
meletakkan kebahagiaan
tersebut.
Tetapi dimana meletakkannya?
Malaikat pertama mengusulkan,
“ Letakan dipuncak gunung yang
tinggi”. Tetapi para malaikat
yang lain kurang setuju. Lalu
malaikat kedua berkata,
“ Latakkan
di dasar samudera”. Usul itupun
kurang disepakati. Akhirnya
malaikat ketiga membisikkan
usulnya. Ketiga malaikat
langsung
sepakat. Malam itu juga ketika
semua orang sedang tidur,
ketiga
malaikat itu meletakkan
kebahagiaan di tempat yang
dibisikkan
tadi.
Sejak hari itu kebahagiaan untuk
manusia tersimpan rapi di
tempat itu. Rupanya tempat itu
cukup susah ditemukan. Dari
hari ke hari, tahun ke tahun, kita
terus mencari kebahagiaan.
Kita semua ingin menemukan
kebahagiaan.
Kita ingin merasa bahagia. Tapi
dimana mencarinya?
Ada yang mencari kebahagiaan
sambil berwisata ke gunung,
ada yang mencari di pantai, Ada
yang mencari ditempat yang
sunyi, ada yang mencari
ditempat yang ramai. Kita
mencari rasa
bahagia di sana-sini: di
pertokoan, di restoran, ditempat
ibadah,
di kolam renang, di lapangan
olah raga, di bioskop, di layar
televisi, di kantor, dan lainnya.
Ada pula yang mencari
kebahagiaan dengan kerja keras,
sebaliknya ada pula yang
bermalas-malasan. Ada yang
ingin merasa bahagia dengan
mencari pacar, ada yang
mencari gelar, ada yang
menciptakan
lagu, ada yang mengarang
buku, dll.
Pokoknya semua orang ingin
menemukan kebahagiaan.
Pernikahan misalnya, selalu
dihubungkan dengan
kebahagiaan.
Orang seakan-akan
beranggapan bahwa jika belum
menikah
berarti belum bahagia. Padahal
semua orang juga tahu bahwa
menikah tidaklah identik dengan
bahagia.
Juga kekayaan sering
dihubungkan dengan
kebahagiaan.
Alangkah bahagianya kalu aku
punya ini atau itu, pikir kita.
Tetapi
kemudian ketika kita sudah
memilikinya, kita tahu bahwa
benda
tersebut tidak memberi
kebahagiaan.
Kita ingin menemukan
kebahagiaan. Kebahagiaan itu
diletakkan
oleh tiga malaikat secara rapi.
Dimana mereka meletakkannya?
Bukan dipuncak gunung seperti
diusulkan oleh malaikat
pertama. Bukan didasar
samudera seperti usulan
malaikat
kedua. Melainkan di tempat yang
dibisikkan oleh malaikat
ketiga.
Dimanakah tempatnya??? ada
yang tahu???
Tempatnya adalah di “ hati yang
bersih”
..............................

Jumat, 15 April 2011

DYING INSIDE

Puluhan tahun yang lalu, di
sebuah desa di Kaliwungu
Kudus ada seorang tua,
pekerjaan beliau adalah tukang
asah pisau keliling. Setiap hari
orang tua tersebut
berkeliling dari rumah ke rumah
untuk menawarkan jasanya.
Beliau berkeliling sambil
membunyikan lonceng kecil,
untuk
menarik perhatian orang.
Pada awalnya, banyak sekali
orang yang memanfaatkan jasa
beliau. Setiap hari selalu ada saja
orang yang mengasahkan pisau
ataupun gunting mereka ke
orang tua tersebut. Dengan
pekerjaan mengasah pisau,
orang tua tersebut bisa
menghidupi
keluarganya.
Tahun demi tahun berlalu,
jaman semakin modern dan
membuat segalanya menjadi
praktis. Demikian juga,
pisaupisau
maupun gunting-gunting yang
ada di pasaran semakin
berkualitas dan murah. Sehingga
perlahan- lahan tidak ada lagi
orang yang mengasahkan pisau
atau guntingnya. Mereka lebih
memilih untuk membeli yang
baru daripada mengasahkannya.
Akibatnya, tidak ada lagi orang
yang membutuhkan jasa orang
tua si pengasah pisau tersebut.
Tetapi setiap hari orang tua
tersebut tetap berkeliling seperti
biasa, dengan harapan masih
ada orang yang mau
memanfaatkan jasanya.
Awalnya, orang tua tersebut
masih bersemangat. Tapi
lamakelamaan,
semangatnya semakin kendur
karena dia merasa
tidak ada lagi orang yang
membutuhkan dia. Waktu
berlalu,
akhirnya tidak lama, orang tua
tersebut meninggal. Ada yang
mengatakan bahwa orang tua
tersebut meninggal karena
kanker. Tapi sebenarnya apa
yang menyebabkan orang tua
tersebut meninggal?
Apa yang akan Anda rasakan
bila tidak ada lagi orang yang
membutuhkan Anda? Anda akan
merasa dying inside.
Menurut teori kebutuhan
Abraham Maslow, kebutuhan
manusia
yang paling tinggi adalah
aktualisasi diri. Anda akan
merasa
sangat berarti bila Anda
dibutuhkan oleh banyak orang.
Oleh
karena itu, buatlah sesuatu yang
dapat membuat diri Anda
dibutuhkan, kembangkan
potensi diri Anda!

ANGKA 0 DAN ANGKA 1

Cobalah sebutkan angka terbesar
yang kita ketahui, dan
kalikanlah dengan angka Nol, kita
akan mendapatkan
hasil selalu Nol.
Cobalah sebutkan angka terkecil
yang kita ketahui, dan bagilah
dengan angka Nol, kita akan
mendapatkan hasil tidak
terhingga.
Sedang angka 1, berapapun
angka yang kita sebutkan, dibagi
ataupun dikali hasilnya selalu
sama dengan bilangan itu
sendiri.
Angka Nol adalah representasi
dari KEIKHLASAN. KEIKHLASAN
selalu membawa/ membuahkan
KEBERKAHAN.
Angka Satu adalah representasi
kebalikan dari KEIKHLASAN. Dan
KETIDAK IKHLASAN tidak pernah
membawa keberkahan.
Manusia dengan kehidupannya,
pada awalnya dan masa
kanakkanaknya
berada pada posisi angka Nol.
Semakin dewasa,
dengan segala pengalaman
hidupnya dia akan bergerak naik
turun ke arah 1 atau ke arah 0.
Orang yang mengikuti hawa
nafsunya, akan semakin
mendekati
ke angka 1. Pada saat mencapai
angka 1, dia akan menuhankan
dirinya. Dia akan merasa bahwa
dunia sudah digenggamnya
dan itu atas usaha dan jerih
payahnya. Tampak sekali
kesombongan selalu muncul
dari tingkah lakunya.
Orang yang mampu
mengendalikan hawa nafsunya,
dia akan
bergerak ke arah Nol, menuju ke
fitrahnya kembali. Orang
seperti ini selalu rendah hati
(bukan rendah diri), selalu
tawadlu,
berserah diri dan bertawakal,
baik pada saat diberi kelebihan
maupun kekurangan.
Dari sisi rizki, orang yang berada
pada angka 1, apabila misalnya
mendapatkan rizki Rp.
1.000.000,-, maka itulah uang
yang
diperolehnya, tidak lebih dan
tidak kurang. Nilai
keberkahannya
adalah 1 juta rupiah dibagi 1
sama dengan 1 juta rupiah.
Orang yang berada pada angka
0, apabila misalnya
mendapatkan rizki Rp.
1.000.000,-, maka nilai
keberkahannya
adalah tak terhingga. Berapapun
rizki yang diperoleh, dia
mendapatkan rizki yang berkah
tidak terhingga. Orang dengan
angka Nol ini derajat
keikhlasannya sudah tertinggi,
sehingga
berapapun yang diperoleh,
selalu dapat mencukupi dirinya,
bahkan mampu menolong
orang lain.
Orang dengan angka 0 hanya
terdapat pada para Nabi.
Semakin ikhlas seseorang,
semakin mendekat ke arah 0.
Misalnya 0.2, maka nilai
keberkahannya adalah 1 Juta
dibagi 0.2
= Rp 5.000.000,-
Sebaliknya, pada saat orang
mendapatkan halangan dan
cobaan. Orang-orang yang
ikhlas, yang memiliki angka 0,
berapapun bilangan halangan
dan cobaannya, dikalikan
dengan
0 akan sama dengan 0. Dia tidak
pernah merasakan beban
apapun terhadap halangan dan
cobaan yang menimpanya.
Sedangkan pada orang yang
berbilangan 1, dia akan
merasakan
sakit, stress dan bahkan sakit
jiwa atau berputus asa, karena
dia
selalu merasakan gejolak jiwa
sesuai dengan besar dan
kecilnya
cobaan.
Itulah keikhlasan yang terkait
dengan keberkahan. Keikhlasan
adalah dari hati, dan hanya hati
kita sendiri dan Allah saja yang
mengetahui.
Maka, seorang penjual es keliling
yang menyumbangkan Rp
2.000,- ke kotak Masjid secara
ikhlas, sangat jauh nilainya di
depan Allah dibanding dengan
seorang Jutawan yang
menyumbangkan uang Rp 1 Juta
ke kotak Masjid karena niat
yang lain.
Untuk itu, setiap manusia perlu
mengupayakan kembali atau
mengarah ke titik Nol. Maka akan
diperoleh ketenangan dan
kecukupan yang telah dijanjikan
Allah.

Selasa, 05 April 2011

50 TAHUN SALAH PAHAM

Dikisahkan, disebuh gedung
pertemuan yang amat
megah, seorang pejabat senior
istana sedang
menyelenggarakan pesta ulang
tahun perkawinannya
yang ke-50. Peringatan kawin
emas itu ramai didatangi oleh
tamu-tamu penting seperti para
bangsawan, pejabat istana,
pedagang besar serta seniman-
seniman terpandang dari
seluruh pelosok negeri. Bahkan
kerabat serta kolega dari
kerajaan-kerajaan tetangga juga
hadir. Pesta ulang tahun
perkawinan pun berlangsung
dengan megah dan sangat
meriah.
Setelah berbagai macam hiburan
ditampilkan, sampailah pada
puncak acara, yaitu jamuan
makan malam yang sangat
mewah.
Sebelum menikmati jamuan
tersebut, seluruh hadirin
mengikuti
prosesi penyerahan hidangan
istimewa dari sang pejabat
istana
kepada istri tercinta. Hidangan itu
tak lain adalah sepotong ikan
emas yang diletakkan di sebuah
piring besar yang mahal. Ikan
emas itu dimasak langsung oleh
koki kerajaan yang sangat
terkenal.
“ Hadirin sekalian, ikan emas ini
bukanlah ikan yang mahal.
Tetapi, inilah ikan kegemaran
kami berdua, sejak kami
menikah
dan masih belum punya apa-
apa, sampai kemudian di usia
perkawinan kami yang ke-50
serta dengan segala keberhasilan
ini. Ikan emas ini tetap menjadi
simbol kedekatan, kemesraan,
kehangatan, dan cinta kasih kami
yang abadi, ” kata sang pejabat
senior dalam pidato singkatnya.
Lalu, tibalah detik-detik yang
istimewa yang mana seluruh
hadirin tampak khidmat
menyimak prosesi tersebut.
Pejabat
senior istana mengambil piring,
lalu memotong bagian kepala
dan ekor ikan emas. Dengan
senyum mesra dan penuh
kelembutan, ia berikan piring
berisikan potongan kepala dan
ekor ikan emas tadi kepada
isterinya. Ketika tangan sang
isteri
menerima piring itu, serentak
hadirin bertepuk tangan dengan
meriah sekali. Untuk beberapa
saat, mereka tampak ikut
terbawa oleh suasana romantis,
penuh kebahagiaan, dan
mengharukan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba jadi
hening dan senyap. Samar-
samar
terdengar isak tangis si isteri
pejabat senior. Sesaat kemudian,
isak tangis itu meledak dan
memecah kesunyian gedung
pesta.
Para tamu yang ikut tertawa
bahagia mendadak jadi diam
menunggu apa gerangan yang
bakal terjadi. Sang pejabat
tampak kikuk dan kebingungan.
Lalu ia mendekati isterinya dan
bertanya “Mengapa engkau
menangis, isteriku?”
Setelah tangisan reda, sang isteri
menjelaskan “Suamiku…sudah
50 tahun usia pernikahan kita.
Selama itu. aku telah dengan
melayani dalam duka dan suka
tanpa pernah mengeluh. Demi
kasihku kepadamu, aku telah rela
selalu makan kepala dan ekor
ikan emas selama 50 tahun ini.
Tapi sungguh tak kusangka, di
hari
istimewa ini engkau masih saja
memberiku bagian yang sama.
Ketahuilah suamiku, itulah
bagian yang paling tidak aku
sukai. ”
tutur sang isteri.
Pejabat senior terdiam dan
terpana sesaat. Lalu dengan
mata
berkaca-kaca pula, ia berkata
kepada isterinya, ” Isteriku yang
tercinta…50 tahun yang lalu saat
aku masih miskin, kau bersedia
menjadi isteriku. Aku sungguh-
sungguh bahagia dan sangat
mencintaimu. Sejak itu aku
bersumpah pada diriku sendiri,
bahwa
seumur hidup aku akan bekerja
keras, membahagiakanmu,
membalas cinta kasih dan
pengorbananmu. ”
Sambil mengusap air matanya,
pejabat senior itu melanjutkan,
“ Demi Tuhan, setiap makan ikan
emas, bagian yang paling aku
sukai adalah kepala dan ekornya.
Tapi sejak kita menikah, aku rela
menyantap bagian tubuh ikan
emas itu. Semua kulakukan
demi
sumpahku untuk memberikan
yang paling berharga buatmu.”
Sang pejabat terdiam sejenak,
lalu ia melanjutkan lagi
“ Walaupun
telah hidup bersama selama 50
tahun dan selalu saling
mencintai,
ternyata kita tidak cukup saling
memahami. Maafkan saya,
hingga
detik ini belum tahu bagaimana
cara membuatmu bahagia. ”
Akhirnya, sang pejabat
memeluk isterinya dengan erat.
Tamutamu
terhormat pun tersentuh hatinya
melihat keharuan tadi dan
mereka kemudian bersulang
untuk menghormati kedua
pasangan tersebut.
……………………
Arti cerita diatas:
Bisa saja, sepasang suami - isteri
saling mencintai dan hidup
serumah selama bertahun-tahun
lamanya. Tetapi jika di
antaranya tidak ada saling
keterbukaan dalam komunikasi,
maka
kemesraan mereka
sesungguhnya rawan dengan
konflik.
Kebiasaan memendam masalah
itu cukup riskan karena seperti
menyimpan bom waktu dalam
keluarga. Kalau perbedaan tetap
disimpan sebagai ganjalan dihati,
tidak pernah dibiacarakan
secara tulus dan terbuka, dan
ketidakpuasan terus
bermunculan, maka konflik akan
semakin tak tertahankan dan
akhirnya bisa meledak. Jika
keadaan sudah seperti ini,
tentulah
luka yang ditimbulkan akan
semakin dalam dan terasa lebih
menyakitkan.
Kita haruslah selalu membangun
pola komunikasi yang terbuka
dengan dilandasi kasih,
kejujuran, kesetiaan,
kepercayaan,
pengertian dan kebiasaan
berpikir positif

MENGGAPAI KEBAHAGIAAN

Suatu ketika, di tepian telaga
kelihatan seorang pemuda
sedang duduk termenung.
Tatapan matanya kosong,
menatap hamparan air di
depannya. Seluruh penjuru
mata angin telah di laluinya,
namun tidak ada satupun titik
yang
membuatnya puas. Kekosongan
makin senyap, sampai ada suara
yang menyapanya.
“Sedang apa kau di sini wahai
anak muda?” tanya seseorang.
Rupanya ada seorang lelaki tua.
“ Apa yang kau risaukan..?”
Anak muda itu menoleh ke
samping, “Aku lelah Pak Tua.
Telah
berbatu-batu jarak yang ku
tempuh untuk mencari
kebahagiaan,
namun tak juga ku temukan
rasa itu dalam diriku. Aku telah
berlari melalui gunung dan
lembah, tapi tidak ada tanda
kebahagiaan yang hadir dalam
diriku. Kemanakah aku harus
mencarinya? Bilakah akan ku
temukan rasa itu ?”
Lelaki tua itu duduk semakin
dekat, mendengarkan dengan
penuh perhatian. Dipandangnya
wajah lelah di depannya. Lalu,
dia mulai berkata, “Di depan
sana, ada sebuah taman. Jika
kamu
ingin jawaban dari
pertanyaanmu, tangkaplah
seekor kupu-kupu
buatku. ”
Mereka berpandangan.
“ Ya... tangkaplah seekor kupu-
kupu buatku dengan
tanganmu, ”
Pak Tua mengulangi kalimatnya
lagi.
Perlahan.... pemuda itu bangkit.
Langkahnya menuju satu arah,
taman. Tidak berapa lama,
ditemuinya taman itu. Taman
yang
semarak dengan pohon dan
bunga-bunga yang sedang
mekar.
Maka tidak heranlah, banyak
kupu-kupu yang berterbangan
di
sana. Dari kejauhan Pak Tua
melihat, memperhatikan tingkah
yang diperbuat pemuda yang
sedang gelisah itu.
Anak muda itu mulai bergerak.
Dengan mengendap-ngendap,
ditujunya sebuah sasaran.
Perlahan. Namun, Hap! sasaran
itu
luput. Di kejarnya kupu-kupu itu
ke arah lain. Dia tidak ingin
kehilangan buruan. Namun lagi-
lagi. Hap!. Dia gagal. Dia mulai
berlari tak beraturan.
Diterjangnya sana-sini.
Dirempohnya rerumputan dan
tanaman
untuk mendapatkan kupu-kupu
itu. Diterobosnya semak dan
perdu di sana. Gerakannya
semakin liar.
Adegan itu terus berlangsung,
namun belum ada satu
kupukupu
yang dapat ditangkap. Si
pemuda mulai kelelahan.
Nafasnya semakin kencang,
dadanya bergerak naik-turun
dengan cepat. Sampai akhirnya
ada teriakan, “Hentikan dulu
anak muda. Istirahatlah.”
Tampak Pak Tua yang berjalan
perlahan. Ada sekumpulan
kupukupu
yang berterbangan di sisi kanan
dan kiri Pak Tua. Mereka
terbang berkeliling, sesekali
hinggap di tubuh tua itu.
“ Begitukah caramu mengejar
kebahagiaan? Berlari dan
menerjang? Merempoh-rempoh
tak tentu arah, menerobos
tanpa peduli apa yang kau
rusak ?” Pak Tua menatap
pemuda
itu.
“ Nak, mencari kebahagiaan itu
seperti menangkap kupu-kupu.
Semakin kau terjang, semakin ia
akan menghindar. Semakin kau
buru, semakin pula ia pergi dari
dirimu. ”
“Namun, tangkaplah kupu-kupu
itu dalam hatimu. Kerana
kebahagiaan itu bukan benda
yang dapat kau genggam, atau
sesuatu yang dapat kau simpan.
Carilah kebahagiaan itu dalam
hatimu. Telusuri rasa itu dalam
kalbumu. Ia tak akan lari
kemanamana.
Bahkan, tanpa kau sadari
kebahagiaan itu sering datang
sendiri. ”
Pak Tua mengangkat tangannya.
Hap, tiba-tiba, tampak seekor
kupu- kupu yang hinggap di
hujung jari. Terlihat kepak-kepak
sayap kupu- kupu itu,
memancarkan keindahan ciptaan
Tuhan.
Pesonanya begitu
mengkagumkan, kelopak sayap
yang
mengalun perlahan, layaknya
kebahagiaan yang hadir dalam
hati. Warnanya begitu indah,
seindah kebahagiaan bagi
mereka
yang mampu menyelaminya.
……………………… .
PENGAJARAN CERITA INI:
Mencari kebahagiaan adalah
layaknya menangkap kupu-
kupu.
Sulit, bagi mereka yang terlalu
bernafsu, namun mudah, bagi
mereka yang tahu apa yang
mereka cari. Kita mungkin dapat
mencarinya dengan menerjang
sana-sini, merempoh sana-sini,
atau menerobos sana-sini untuk
mendapatkannya. Kita dapat
saja mengejarnya dengan berlari
kencang, ke seluruh penjuru
arah. Kita pun dapat meraihnya
dengan bernafsu, seperti
menangkap buruan yang dapat
kita santap setelah
mendapatkannya.
Namun kita belajar. Kita belajar
bahawa kebahagiaan tidak boleh
di dapat dengan cara-cara
seperti itu. Kita belajar bahwa
bahagia
bukanlah sesuatu yang dapat di
genggam atau benda yang
dapat disimpan. Bahagia adalah
udara, dan kebahagiaan adalah
aroma dari udara itu. Kita belajar
bahawa bahagia itu memang
ada dalam hati. Semakin kita
mengejarnya, semakin pula
kebahagiaan itu akan pergi dari
kita. Semakin kita berusaha
meraihnya, semakin pula
kebahagiaan itu akan menjauh.
Cobalah temukan kebahagiaan
itu dalam hatimu. Biarkanlah
rasa
itu menetap, dan abadi dalam
hati kita. Temukanlah
kebahagiaan itu dalam setiap
langkah yang kita lakukan.
Dalam
bekerja, dalam belajar, dalam
menjalani hidup kita. Dalam
sedih, dalam gembira, dalam
sunyi dan dalam riuh.
Temukanlah
bahagia itu, dengan perlahan,
dalam tenang, dalam ketulusan
hati kita.
Saya percaya, bahagia itu ada
dimana-mana. Rasa itu ada di
sekitar kita. Bahkan mungkin,
bahagia itu “hinggap” di hati kita,
namun kita tidak pernah
memperdulikannya. Mungkin
juga,
bahagia itu berterbangan di
sekeliling kita, namun kita terlalu
acuh untuk menikmatinya.

AYAM DAN BEBEK

Sepasang pengantin baru tengah
berjalan
bergandengan tangan di sebuah
Taman pada suatu
malam musim panas yang
indah, seusai makan malam.
Mereka sedang menikmati
kebersamaan yang
menakjubkan
tatkala mereka Mendengar suara
di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri, “Itu pasti
suara ayam.”
“Bukan, bukan. Itu suara bebek,”
kata si suami.
“ Nggak, aku yakin itu ayam,” si
istri bersikeras.
“ Mustahil. Suara ayam itu
‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek!
Kuek!’
Itu bebek, Sayang,” kata si
suami dengan disertai gejala-
gejala
awal Kejengkelan.
“ Kuek! Kuek!” terdengar lagi.
“Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata
si suami.
“ Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku
yakin betul,” tandas si istri,
sembari
Menghentakkan kaki.
“ Dengar ya! Itu a... DA... Lah...
Be... Bek, B-E-B-E-K. Bebek!
Mengerti ?” si suami berkata
dengan gusar. “Tapi itu ayam,”
masih
saja si istri bersikeras.
“ Itu jelas-jelas bue... Bek,
kamu... Kamu....”
Terdengar lagi suara, “Kuek!
Kuek!” sebelum si suami
mengatakan sesuatu Yang
sebaiknya tak dikatakannya. Si
istri
sudah hampir menangis, “Tapi
itu ayam....”
Si suami melihat air Mata yang
mengambang di pelupuk Mata
istrinya, Dan Akhirnya....
Wajahnya melembut Dan
katanya
dengan mesra, “Maafkan aku,
Sayang. Kurasa kamu benar. Itu
memang suara ayam kok. ”
“Terima kasih, Sayang,” kata si
istri sambil menggenggam
tangan Suaminya.
“ Kuek! Kuek!” terdengar lagi
suara di hutan, mengiringi
mereka
berjalan Bersama dalam cinta.
………… ..
Maksud dari cerita bahwa si
suami akhirnya sadar adalah:
siapa
sih yang Peduli itu ayam atau
bebek? Yang lebih penting adalah
keharmonisan Mereka, yang
membuat mereka dapat
menikmati kebersamaan pada
malam yang Indah itu.
Berapa banyak pernikahan yang
hancur hanya gara-gara
persoalan sepele?
Berapa banyak perceraian terjadi
karena hal-hal “ayam atau
bebek”?
Ketika Kita memahami cerita
tersebut, Kita akan ingat apa
yang
menjadi Prioritas Kita.
Pernikahan jauh lebih penting
ketimbang
mencari siapa yang benar
tentang apakah itu ayam atau
bebek.
Lagi pula, betapa sering Kita
merasa yakin, amat sangat
mantap,
mutlak bahwa Kita benar,
namun belakangan ternyata Kita
salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu
adalah ayam yang direkayasa
genetik sehingga bersuara
seperti bebek!
..............

SUMPAH SUCI ORANG SUCI

Seorang suci sedang
bermeditasi di bawah sebuah
pohon pada pertemuan dua
jalan. Meditasinya
terganggu seorang pemuda
yang berlari dengan
panik ke arah jalan yang menuju
dirinya.
“ Tolonglah saya,” pemuda itu
memohon. “Ada orang yang
salah
menuduh, dikiranya saya
mencuri. Ia mengejar saya
bersama
banyak orang. Kalau mereka
sampai menangkap saya, kedua
tangan saya akan dipotong.”
Pemuda itu kemudian memanjat
pohon yang digunakan
pendeta itu untuk bermeditasi
dan cepat bersembunyi di antara
dahan-dahannya, “ Tolong
jangan katakan kepada mereka
dimana saya bersembunyi, ” kata
pemuda itu memelas. Pendeta
suci itu melihat dengan mata
hatinya, bahwa si pemuda
memang tidak bersalah dan
telah berkata sesungguhnya.
Beberapa menit kemudian
datanglah sekelompok orang
desa
dan pemimpinnya bertanya,
“ Bapak melihat pemuda yang
berlari ke arah sini?”
Berpuluh tahun sebelumnya
pendeta itu pernah bersumpah
untuk selalu berkata jujur, jadi ia
mengatakan telah melihat
pemuda itu.
“ Kemana perginya?” kata si
Kepala Desa itu tak sabar.
Pendeta itu sebenarnya tidak
ingin mengkhianati pemuda,
namun sumpahnya telah
menakutkannya. Ditunjuknya
pohon
di atasnya. Penduduk desa
beramai-ramai menyeret si
pemuda
keluar dari sela-sela dahan dan
memotong kedua tangannya.
Ketika pendeta itu mati, dia
dibawa ke Mahkamah Agung
Surga.
Ia dikutuk karena sikapnya
terhadap pemuda tidak berdosa
itu.
Tetapi, si pendeta protes, “saya
telah bersumpah suci saya akan
selalu berkata jujur. ”
Pengadilan itu berkata, “Namun
hari itu kamu lebih mencintai
kebanggaan dari kebajikan.
Bukan demi kebajikan kamu
menyerahkan pemuda itu
kepada penuntutnya, namun
kamu
semata-mata mempertahankan
citra kosong tentang dirimu
sendiri sebagai orang ‘suci’.
Kebajikan manusia yang terbatas
kerap memandu pemahaman
menjadi kekuatan yang
memaksa kita untuk berbuat
jahat... ”

Jumat, 01 April 2011

MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT ?

Dilihat dari usianya beliau sudah
tidak muda lagi, usia
yang sudah senja bahkan sudah
mendekati malam,
Pak Suyatno 58 tahun
kesehariannya diisi dengan
merawat istrinya yang sakit
istrinya juga sudah tua. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun
Mereka dikarunia 4 orang anak
di sinilah awal cobaan menerpa,
setelah istrinya melahirkan anak
ke empat tiba-tiba kakinya
lumpuh dan tidak bisa
digerakkan
itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ketiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah
bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa
digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno
memandikan, membersihkan
kotoran,
menyuapi, dan mengangkat
istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia
letakkan istrinya didepan TV
supaya istrinya tidak merasa
kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara
tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat
usaha Pak Suyatno tidak begitu
jauh dari rumahnya sehingga
siang hari dia pulang untuk
menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya dia pulang
memandikan istrinya,
mengganti pakaian dan selepas
maghrib
dia temani istrinya nonton
televisi sambil menceritakan
apaapa
saja yang dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa
memandang tapi tidak bisa
menanggapi, Pak Suyatno
sudah cukup senang bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak
Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan sabar dia merawat
istrinya bahkan sambil
membesarkan
ke empat buah hati mereka,
sekarang anak-anak mereka
sudah
dewasa tinggal si bungsu yg
masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak
Suyatno berkumpul dirumah
orang tua mereka sambil
menjenguk ibunya. Karena
setelah
anak mereka menikah sudah
tinggal dengan keluarga
masingmasing
dan Pak Suyatno memutuskan
ibu mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan
hanya satu semua anaknya
berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati-
hati anak yg sulung berkata “Pak
kami ingin sekali merawat ibu ,
semenjak kami kecil melihat
bapak merawat ibu tidak ada
sedikitpun keluhan keluar dari
bibir bapak.........bahkan bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu ” .
Dengan air mata berlinang anak
itu melanjutkan kata-katanya ”
sudah yg keempat kalinya kami
mengijinkan bapak menikah
lagi, kami rasa ibupun akan
mengijinkannya, kapan bapak
menikmati masa tua bapak
dengan berkorban seperti ini
kami
sudah tidak tega melihat bapak,
kami janji kami akan merawat
ibu sebaik-baik secara
bergantian ”.
Pak Suyatno menjawab hal yg
sama sekali tidak diduga anak2
mereka.
“ Anak-anakku ......... Jikalau
perkawinan dan hidup didunia
ini
hanya untuk nafsu, mungkin
bapak akan menikah......tapi
ketahuilah dengan adanya ibu
kalian disampingku itu sudah
lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian …sejenak
kerongkongannya tersekat,...
kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh cinta
yg tidak satupun dapat
menghargai dengan apapun.
coba kalian tanya ibumu apakah
dia menginginkan keadaanya
seperti ini.
Kalian menginginkan bapak
bahagia, apakah bathin bapak
bisa
bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg
masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat oleh orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg
masih
sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-
anak Pak Suyatno. Merekapun
melihat butiran2 kecil jatuh
dipelupuk mata Ibu Suyatno..
dengan pilu ditatapnya mata
suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno
diundang oleh salah satu stasiun
TV swasta untuk menjadi nara
sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada
Suyatno
kenapa mampu bertahan selama
25 tahun merawat Istrinya yg
sudah tidak bisa apa-apa.
disaat itulah meledak tangis
beliau dengan tamu yg hadir di
studio. kebanyakan kaum
perempuanpun tidak sanggup
menahan haru
disitulah pak Suyatno bercerita;
***Jika manusia didunia ini
mengagungkan sebuah cinta
dalam
perkawinannya, tetapi tidak mau
memberi ( memberi waktu,
tenaga, pikiran, perhatian )
adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi
pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun
dengan sabar merawat saya,
mencintai
saya dengan hati dan batinnya
bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 orang anak yg
lucu-lucu. Sekarang dia sakit
karena berkorban untuk cinta
kita bersama …dan itu
merupakan
ujian bagi saya, apakah saya
dapat memegang komitmen
untuk
mencintainya apa adanya,
sehatpun belum tentu saya
mencari
penggantinya apalagi dia sakit
***