Jumat, 01 April 2011

MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT ?

Dilihat dari usianya beliau sudah
tidak muda lagi, usia
yang sudah senja bahkan sudah
mendekati malam,
Pak Suyatno 58 tahun
kesehariannya diisi dengan
merawat istrinya yang sakit
istrinya juga sudah tua. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun
Mereka dikarunia 4 orang anak
di sinilah awal cobaan menerpa,
setelah istrinya melahirkan anak
ke empat tiba-tiba kakinya
lumpuh dan tidak bisa
digerakkan
itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ketiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah
bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa
digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno
memandikan, membersihkan
kotoran,
menyuapi, dan mengangkat
istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia
letakkan istrinya didepan TV
supaya istrinya tidak merasa
kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara
tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat
usaha Pak Suyatno tidak begitu
jauh dari rumahnya sehingga
siang hari dia pulang untuk
menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya dia pulang
memandikan istrinya,
mengganti pakaian dan selepas
maghrib
dia temani istrinya nonton
televisi sambil menceritakan
apaapa
saja yang dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa
memandang tapi tidak bisa
menanggapi, Pak Suyatno
sudah cukup senang bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak
Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan sabar dia merawat
istrinya bahkan sambil
membesarkan
ke empat buah hati mereka,
sekarang anak-anak mereka
sudah
dewasa tinggal si bungsu yg
masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak
Suyatno berkumpul dirumah
orang tua mereka sambil
menjenguk ibunya. Karena
setelah
anak mereka menikah sudah
tinggal dengan keluarga
masingmasing
dan Pak Suyatno memutuskan
ibu mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan
hanya satu semua anaknya
berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati-
hati anak yg sulung berkata “Pak
kami ingin sekali merawat ibu ,
semenjak kami kecil melihat
bapak merawat ibu tidak ada
sedikitpun keluhan keluar dari
bibir bapak.........bahkan bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu ” .
Dengan air mata berlinang anak
itu melanjutkan kata-katanya ”
sudah yg keempat kalinya kami
mengijinkan bapak menikah
lagi, kami rasa ibupun akan
mengijinkannya, kapan bapak
menikmati masa tua bapak
dengan berkorban seperti ini
kami
sudah tidak tega melihat bapak,
kami janji kami akan merawat
ibu sebaik-baik secara
bergantian ”.
Pak Suyatno menjawab hal yg
sama sekali tidak diduga anak2
mereka.
“ Anak-anakku ......... Jikalau
perkawinan dan hidup didunia
ini
hanya untuk nafsu, mungkin
bapak akan menikah......tapi
ketahuilah dengan adanya ibu
kalian disampingku itu sudah
lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian …sejenak
kerongkongannya tersekat,...
kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh cinta
yg tidak satupun dapat
menghargai dengan apapun.
coba kalian tanya ibumu apakah
dia menginginkan keadaanya
seperti ini.
Kalian menginginkan bapak
bahagia, apakah bathin bapak
bisa
bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg
masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat oleh orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg
masih
sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-
anak Pak Suyatno. Merekapun
melihat butiran2 kecil jatuh
dipelupuk mata Ibu Suyatno..
dengan pilu ditatapnya mata
suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno
diundang oleh salah satu stasiun
TV swasta untuk menjadi nara
sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada
Suyatno
kenapa mampu bertahan selama
25 tahun merawat Istrinya yg
sudah tidak bisa apa-apa.
disaat itulah meledak tangis
beliau dengan tamu yg hadir di
studio. kebanyakan kaum
perempuanpun tidak sanggup
menahan haru
disitulah pak Suyatno bercerita;
***Jika manusia didunia ini
mengagungkan sebuah cinta
dalam
perkawinannya, tetapi tidak mau
memberi ( memberi waktu,
tenaga, pikiran, perhatian )
adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi
pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun
dengan sabar merawat saya,
mencintai
saya dengan hati dan batinnya
bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 orang anak yg
lucu-lucu. Sekarang dia sakit
karena berkorban untuk cinta
kita bersama …dan itu
merupakan
ujian bagi saya, apakah saya
dapat memegang komitmen
untuk
mencintainya apa adanya,
sehatpun belum tentu saya
mencari
penggantinya apalagi dia sakit
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar