Selasa, 05 April 2011

MENGGAPAI KEBAHAGIAAN

Suatu ketika, di tepian telaga
kelihatan seorang pemuda
sedang duduk termenung.
Tatapan matanya kosong,
menatap hamparan air di
depannya. Seluruh penjuru
mata angin telah di laluinya,
namun tidak ada satupun titik
yang
membuatnya puas. Kekosongan
makin senyap, sampai ada suara
yang menyapanya.
“Sedang apa kau di sini wahai
anak muda?” tanya seseorang.
Rupanya ada seorang lelaki tua.
“ Apa yang kau risaukan..?”
Anak muda itu menoleh ke
samping, “Aku lelah Pak Tua.
Telah
berbatu-batu jarak yang ku
tempuh untuk mencari
kebahagiaan,
namun tak juga ku temukan
rasa itu dalam diriku. Aku telah
berlari melalui gunung dan
lembah, tapi tidak ada tanda
kebahagiaan yang hadir dalam
diriku. Kemanakah aku harus
mencarinya? Bilakah akan ku
temukan rasa itu ?”
Lelaki tua itu duduk semakin
dekat, mendengarkan dengan
penuh perhatian. Dipandangnya
wajah lelah di depannya. Lalu,
dia mulai berkata, “Di depan
sana, ada sebuah taman. Jika
kamu
ingin jawaban dari
pertanyaanmu, tangkaplah
seekor kupu-kupu
buatku. ”
Mereka berpandangan.
“ Ya... tangkaplah seekor kupu-
kupu buatku dengan
tanganmu, ”
Pak Tua mengulangi kalimatnya
lagi.
Perlahan.... pemuda itu bangkit.
Langkahnya menuju satu arah,
taman. Tidak berapa lama,
ditemuinya taman itu. Taman
yang
semarak dengan pohon dan
bunga-bunga yang sedang
mekar.
Maka tidak heranlah, banyak
kupu-kupu yang berterbangan
di
sana. Dari kejauhan Pak Tua
melihat, memperhatikan tingkah
yang diperbuat pemuda yang
sedang gelisah itu.
Anak muda itu mulai bergerak.
Dengan mengendap-ngendap,
ditujunya sebuah sasaran.
Perlahan. Namun, Hap! sasaran
itu
luput. Di kejarnya kupu-kupu itu
ke arah lain. Dia tidak ingin
kehilangan buruan. Namun lagi-
lagi. Hap!. Dia gagal. Dia mulai
berlari tak beraturan.
Diterjangnya sana-sini.
Dirempohnya rerumputan dan
tanaman
untuk mendapatkan kupu-kupu
itu. Diterobosnya semak dan
perdu di sana. Gerakannya
semakin liar.
Adegan itu terus berlangsung,
namun belum ada satu
kupukupu
yang dapat ditangkap. Si
pemuda mulai kelelahan.
Nafasnya semakin kencang,
dadanya bergerak naik-turun
dengan cepat. Sampai akhirnya
ada teriakan, “Hentikan dulu
anak muda. Istirahatlah.”
Tampak Pak Tua yang berjalan
perlahan. Ada sekumpulan
kupukupu
yang berterbangan di sisi kanan
dan kiri Pak Tua. Mereka
terbang berkeliling, sesekali
hinggap di tubuh tua itu.
“ Begitukah caramu mengejar
kebahagiaan? Berlari dan
menerjang? Merempoh-rempoh
tak tentu arah, menerobos
tanpa peduli apa yang kau
rusak ?” Pak Tua menatap
pemuda
itu.
“ Nak, mencari kebahagiaan itu
seperti menangkap kupu-kupu.
Semakin kau terjang, semakin ia
akan menghindar. Semakin kau
buru, semakin pula ia pergi dari
dirimu. ”
“Namun, tangkaplah kupu-kupu
itu dalam hatimu. Kerana
kebahagiaan itu bukan benda
yang dapat kau genggam, atau
sesuatu yang dapat kau simpan.
Carilah kebahagiaan itu dalam
hatimu. Telusuri rasa itu dalam
kalbumu. Ia tak akan lari
kemanamana.
Bahkan, tanpa kau sadari
kebahagiaan itu sering datang
sendiri. ”
Pak Tua mengangkat tangannya.
Hap, tiba-tiba, tampak seekor
kupu- kupu yang hinggap di
hujung jari. Terlihat kepak-kepak
sayap kupu- kupu itu,
memancarkan keindahan ciptaan
Tuhan.
Pesonanya begitu
mengkagumkan, kelopak sayap
yang
mengalun perlahan, layaknya
kebahagiaan yang hadir dalam
hati. Warnanya begitu indah,
seindah kebahagiaan bagi
mereka
yang mampu menyelaminya.
……………………… .
PENGAJARAN CERITA INI:
Mencari kebahagiaan adalah
layaknya menangkap kupu-
kupu.
Sulit, bagi mereka yang terlalu
bernafsu, namun mudah, bagi
mereka yang tahu apa yang
mereka cari. Kita mungkin dapat
mencarinya dengan menerjang
sana-sini, merempoh sana-sini,
atau menerobos sana-sini untuk
mendapatkannya. Kita dapat
saja mengejarnya dengan berlari
kencang, ke seluruh penjuru
arah. Kita pun dapat meraihnya
dengan bernafsu, seperti
menangkap buruan yang dapat
kita santap setelah
mendapatkannya.
Namun kita belajar. Kita belajar
bahawa kebahagiaan tidak boleh
di dapat dengan cara-cara
seperti itu. Kita belajar bahwa
bahagia
bukanlah sesuatu yang dapat di
genggam atau benda yang
dapat disimpan. Bahagia adalah
udara, dan kebahagiaan adalah
aroma dari udara itu. Kita belajar
bahawa bahagia itu memang
ada dalam hati. Semakin kita
mengejarnya, semakin pula
kebahagiaan itu akan pergi dari
kita. Semakin kita berusaha
meraihnya, semakin pula
kebahagiaan itu akan menjauh.
Cobalah temukan kebahagiaan
itu dalam hatimu. Biarkanlah
rasa
itu menetap, dan abadi dalam
hati kita. Temukanlah
kebahagiaan itu dalam setiap
langkah yang kita lakukan.
Dalam
bekerja, dalam belajar, dalam
menjalani hidup kita. Dalam
sedih, dalam gembira, dalam
sunyi dan dalam riuh.
Temukanlah
bahagia itu, dengan perlahan,
dalam tenang, dalam ketulusan
hati kita.
Saya percaya, bahagia itu ada
dimana-mana. Rasa itu ada di
sekitar kita. Bahkan mungkin,
bahagia itu “hinggap” di hati kita,
namun kita tidak pernah
memperdulikannya. Mungkin
juga,
bahagia itu berterbangan di
sekeliling kita, namun kita terlalu
acuh untuk menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar